Kalau lo pengen ngerasain festival budaya yang bukan cuma meriah tapi juga kaya akan rasa, Festival Tabuik Pariaman di Sumatera Barat adalah jawabannya. Bukan cuma soal prosesi unik dan semangat keagamaan, festival ini juga jadi surga buat pecinta kuliner. Soalnya, di sini lo bakal nemuin berbagai kuliner tradisional khas Melayu di Festival Tabuik Pariaman yang otentik banget—dari yang gurih, pedas, sampai manis legit yang bikin nagih.
Festival Tabuik yang digelar setiap bulan Muharram bukan cuma ajang budaya, tapi juga perayaan kolektif masyarakat Pariaman yang menyatukan tradisi, sejarah, dan rasa. Dan rasa itu bukan cuma simbolik, tapi literal—tersaji dalam sepiring gulai kepala ikan kakap, secangkir kopi kawa daun, atau kue lapek bugih yang lembutnya bikin damai.
Yuk, kita jelajahi ragam kuliner tradisional khas Melayu di Festival Tabuik Pariaman yang jadi bagian tak terpisahkan dari pesta rakyat ini.
Festival Tabuik: Perpaduan Spiritual, Tradisi, dan Rasa
Sebelum lo tenggelam dalam aroma dan rasa makanan khasnya, lo perlu ngerti sedikit latar belakang Festival Tabuik. Tradisi ini berasal dari warisan budaya Islam Syiah yang dibawa oleh keturunan India-Persia ke pesisir Barat Sumatera. Tabuik sendiri berarti “peti kayu” atau “menara kematian” yang dibawa dalam prosesi sebagai simbol mengenang kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali, di Padang Karbala.
Tapi seiring waktu, festival ini jadi bagian dari budaya lokal masyarakat Pariaman, tanpa konotasi sektarian. Justru, ia menyatu dengan adat Minangkabau dan melahirkan pesta budaya kolosal. Dan di sinilah peran kuliner masuk: sebagai perekat sosial, penghangat perayaan, dan pelengkap kebersamaan.
Selama festival berlangsung, berbagai jajanan dan masakan khas Minang dan Melayu ditampilkan di lapak-lapak yang berjejer di sepanjang lokasi acara. Dari pasar kuliner rakyat sampai jamuan komunitas, semuanya melibatkan kuliner tradisional khas Melayu di Festival Tabuik Pariaman yang menggoda selera dan memanjakan lidah.
Makanan Berat Penuh Rasa: Gurih, Pedas, dan Kaya Rempah
Pas lo mulai menyusuri arena festival, lo bakal langsung dihantam aroma kuat dari dapur-dapur terbuka. Makanan berat khas Melayu yang kaya bumbu dan teknik masak panjang jadi primadona. Di sinilah lo bisa ngerasain keaslian rasa yang udah bertahan lintas generasi.
Beberapa menu utama yang wajib lo cobain:
- Gulai Kapalo Lauak (Gulai Kepala Ikan): Ikon kuliner pesisir yang jadi andalan. Dimask pakai santan kental, bumbu kunyit, jahe, serai, dan cabai, rasanya meledak di mulut.
- Sate Lokan: Daging kerang (lokan) yang dibakar dan disiram kuah kacang pedas manis. Unik dan langka, cuma bisa lo temuin di festival seperti ini.
- Rendang Paru dan Hati: Versi rendang yang lebih bertekstur dan punya rasa yang lebih ‘dalam’. Dimasak berjam-jam sampai hitam legit.
- Ikan Panggang Bumbu Lado Hijau: Ikan laut segar dibakar dengan sambal lado mudo khas Minang yang pedasnya menggoda iman.
- Gulai Tunjang: Kaki sapi yang dimasak empuk dengan kuah kental. Makan ini dijamin bikin lo gak bisa berhenti.
Semua makanan ini disajikan dengan nasi putih hangat atau ketupat, dan biasanya dimakan rame-rame sambil duduk lesehan. Jadi bukan cuma rasa, tapi juga suasana yang bikin hangat dan akrab.
Jajanan Tradisional: Manisnya Tradisi dalam Setiap Gigitan
Selain makanan berat, kuliner tradisional khas Melayu di Festival Tabuik Pariaman juga punya jajanan legendaris yang selalu bikin pengunjung kangen. Jajanan ini biasanya dijual di tenda-tenda kecil atau gerobak, dan sangat diminati oleh anak-anak hingga orang tua.
Beberapa jajanan ikonik yang bisa lo temuin:
- Lapek Bugih: Kue berbahan ketan yang dibungkus daun pisang, isinya kelapa manis. Lembut dan aromatik banget.
- Karak Kaliang: Camilan kriuk berbentuk angka delapan, terbuat dari ubi dan tepung. Gurih dan cocok buat teman ngobrol sore.
- Kue Sapik: Kue kering tipis kayak semprong, tapi punya rasa manis kelapa yang khas.
- Pinyaram: Semacam kue cucur, tapi teksturnya lebih padat dan legit.
- Es Tebak dan Es Cendol Santan: Minuman segar penyejuk panas festival. Disajikan dalam gelas plastik besar dengan topping warna-warni.
Yang bikin jajanan ini istimewa bukan cuma rasanya, tapi juga cara bikinnya. Banyak dari penjualnya masih pakai teknik tradisional: masak pakai tungku, cetak manual, dan bahan-bahan natural dari pasar lokal.
Minuman Tradisional: Teman Ngobrol di Tengah Riuhnya Festival
Festival tanpa minuman khas tuh ibarat makan tanpa sambal. Dan di Tabuik, lo gak akan kehausan. Ada beberapa minuman lokal yang selalu jadi favorit pengunjung, apalagi yang pengen istirahat sejenak di tengah panasnya prosesi tabuik yang berjam-jam.
Beberapa minuman khas yang bisa lo nikmati:
- Kawa Daun: Minuman khas Minangkabau yang dibuat dari daun kopi kering yang diseduh seperti teh. Disajikan dalam batok kelapa, rasanya ringan dan earthy.
- Teh Talua: Teh susu dicampur kuning telur ayam kampung dan sedikit jeruk nipis. Rasanya kaya dan menyehatkan.
- Air Sirup Pisang Ambon: Sirup merah manis yang disajikan dingin. Legendaris banget di setiap perayaan adat.
- Air Sari Tebu Segar: Tebu diperas langsung dan disajikan dingin. Cocok banget buat ngilangin haus di cuaca tropis.
Minuman ini gak sekadar pelepas dahaga, tapi juga bagian dari kearifan lokal yang sudah teruji zaman. Lo bisa minum sambil ngobrol sama penjual, dan mereka biasanya punya cerita menarik soal asal-usul minuman tersebut.
Filosofi Kuliner Tabuik: Rasa, Relasi, dan Ritual
Di balik setiap piring kuliner tradisional khas Melayu di Festival Tabuik Pariaman, ada filosofi yang dalam. Makan bukan cuma soal kenyang. Tapi juga soal menghormati tamu, menyatukan komunitas, dan merayakan hidup. Dalam tradisi Melayu-Minang, makanan selalu jadi bagian penting dari peristiwa sosial dan spiritual.
Selama festival berlangsung, banyak rumah warga yang buka dapur buat gotong royong masak makanan massal. Ada tradisi makan bersama, berbagi dengan tetangga, dan menyambut tamu jauh dengan makanan terbaik yang mereka punya. Itulah kenapa, meski lo orang luar, lo bakal ngerasa diterima dan dihormati.
Jadi, kuliner di Tabuik bukan cuma pelengkap acara. Tapi bagian dari ritual sosial yang mempererat hubungan, membangun identitas kolektif, dan memperkaya makna festival itu sendiri.
Tips Kulineran Saat Festival Tabuik: Biar Kenyang dan Nyaman
Biar eksplorasi lo terhadap kuliner tradisional khas Melayu di Festival Tabuik Pariaman maksimal dan gak salah langkah, ini beberapa tips penting:
- Datang pagi atau sore, biar gak terlalu panas dan dapet makanan yang masih fresh.
- Bawa uang tunai pecahan kecil, karena sebagian besar penjual belum pakai QRIS.
- Cicipi sedikit-sedikit dulu, biar bisa nyobain banyak tanpa terlalu kenyang di awal.
- Tanya nama dan cerita di balik makanan, penjual biasanya ramah dan seneng kalau diajak ngobrol.
- Hindari buang sampah sembarangan, jaga kebersihan dan hargai tradisi lokal.
- Kalau ada kesempatan, ikut bantu masak bareng warga, pengalaman yang langka dan personal banget.
Penutup: Merayakan Budaya Lewat Rasa
Kuliner tradisional khas Melayu di Festival Tabuik Pariaman bukan sekadar makanan. Ia adalah bagian dari memori kolektif masyarakat pesisir, bentuk warisan budaya yang bisa lo cicipi, pelajari, dan ceritakan kembali. Di setiap gigitan, lo bukan cuma merasakan rempah dan santan—tapi juga nilai, tradisi, dan cinta komunitas yang menjaganya tetap hidup.
Jadi, kalau lo dateng ke Tabuik, jangan cuma nonton prosesi tabuik yang dramatis.
Nikmati juga rasa-rasa lokal yang membumi.
Karena dari piring-piring sederhana itulah, lo bisa menyelami esensi festival: kebersamaan, penghormatan, dan keberlanjutan budaya.